Oleh Lilik Prihyanto, S.Pd “Na….!mbak Una!Mbak! Kamu itu dengar ndak tho mbak, dipanggil umi udah ribuan kali”.Adiknya yang tidak...
Oleh Lilik Prihyanto, S.Pd
“Na….!mbak
Una!Mbak! Kamu itu dengar ndak tho mbak, dipanggil umi udah ribuan kali”.Adiknya
yang tidak begitu suka dengan televisi bilang ke umminya,"Mbak Una itu
kalau udah nonton tv itu sukanya kalau dipanggil ummi ndak dengar kok ,mi”
Kejadian diatas sering
kita lihat, dengar bahkan kita alami sendiri dalam kehidupan keluarga kita. Anak dapat begitu terikat dengan televisi,
bahkan jika sudah didepan kotak ajaib ini sudah lupa dengan kegiatan lain sekalipun
orang tua yang mau meminta tolong kepada anak tersebut. Efek kecanduan Televisi ini, hanyalah satu
dari begitu banyak efek yang diberikan oleh kemajuan teknologi Televisi.
Kita ketahui
bersama memang televisi memiliki manfaat dapat meningkatkan kosakata anak, anak
bisa belajar hal baru, meningkatkan minat anak pada hal baru, memiliki ikatan
dengan tokoh atau acara yang ditonton. Namun tanpa kita sadari televisi juga
memiliki dampak negativ yang lebih besar kepada seluruh aspek kehidupan
anak-anak kita Faktanya..
Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV. Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman. Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak. Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi. Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton. Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.
Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV. Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi. Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman. Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak. Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi. Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton. Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.
Belum lama
ini, American Academy of Pediatrics (AAP) dalam publikasi di jurnal
ilmiahnya, "Pediatrics", membuat pernyataan yang menimbulkan
reaksi pro dan kontra. Pernyataan itu antara lain :
"… bahwa 2 tahun
pertama seorang bayi adalah masa yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan otak, dan dalam masa itu anak membutuhkan interaksi dengan anak
atau orang lain.Terlalu banyak menonton TV akan memberi pengaruh negatif pada
perkembangan otak. Hal ini benar, terutama bagi usia yang masih awal, di mana
bermain dan bicara sangatlah penting…."
Lebih
lanjut, AAP mengeluarkan pernyataan tidak merekomendasikan anak di bawah 2
tahun untuk menonton TV. Sedangkan untuk anak yang berusia lebih tua, AAP
merekomendasikan batasan menonton TV hanya satu atau dua jam saja, dan yang
ditonton adalah acara yang edukatif dan tidak menampilkan kekerasan.Pengaruh
Televisi terhadap anak kita:
Berpengaruh Pertumbuhan Otak Pada Anak
Terhadap perkembangan otak
anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat
kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak
dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan
kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas
dan khayalan.Selain itu terlalu cepatnya perubahan gelombang gambar televisi
menjadikan anak memilki daya konsentrasi
yang rendah saat belajar disekolah, dikarenakan perubahan gerak dan irama guru
saat memberikan pelajaran yang lebih lambat disbanding televisi
Mendorong anak menjadi konsumtif
Tanpa kita sadari kita besrta anak kita merupakan target dari iklan tayangan
layar kaca yang mendorong para pemirsanya
terutama anak-anak untuk berpola hidup konsumtif, sehingga setiap kali
ada produk baru dalam iklan tersebut dengan rasa penasaranya anak-anak kita
merayu kita untuk membelikanya.
Berpengaruh terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi,
besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka
bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat
yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap
mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
Berpengaruh terhadap
kesehatan Saat ini
banyak kita temukan anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
bermain game di
laptop, komputer, atau sekadar menonton televisi. Tanpa disadari, aktivitas ini
rupanya dapat berdampak buruk terhadap kesehatan jantung dan paru-paru anak.
Sebuah riset terbaru mengindikasikan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu di
depan komputer dan layar elektronik lainnya dapat menyebabkan jantung dan
tingkat kebugaran paru-paru menurun. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut
kardiorespirasi.
Kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh darah
untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil
oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada
proses metabolisme tubuh.
Dalam kajiannya, penelitian melibatkan lebih dari 2.000 anak-anak. Mereka
diamati sejak usia 11-13 tahun. Peneliti mengamati seberapa lama anak-anak
menghabiskan waktu mereka di depan layar dan menilai tingkat kebugaran mereka.
Anak-anak yang menghabiskan waktu dengan bermain di depan layar komputer atau televisi
cenderung memiliki tingkat kebugaran yang buruk. Temuan ini dipublikasikan pada
edisi Juni dalam jurnal
Medicine & Science in Sports & Exercise.
"Ini adalah temuan yang menarik dan menambah bukti bahwa duduk terlalu
banyak sangat berbahaya bagi kesehatan anak-anak," kata pemimpin studi,
Jonathan Mitchell, yang melakukan risetnya di Arnold School of Public Health,
University of South Carolina.
"Jika anak-anak dapat membatasi jumlah waktu mereka di depan layar
komputer, maka hal ini dapat membantu untuk memerangi penurunan tingkat
kebugaran kardiorespirasi di masa muda," tambahnya.
Dam masih banyak lagi
pengaruh negativ televisi terhadap anak-anak kita
Solusinya
Untuk anak usia 0-2 tahun tidak
dikenalkan dulu dengan televisi dan media sejenisnya agar kesehatan,
perkembangan otak dan konsentrasi anak kita berkembang dengan optimal.
Karena televisi berpengaruh
pada konsentrasi anak saat belajar disekolah maka kita tidak menyalakan
televisi di waktu pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Untuk menggantikan
dapat menyalakan Radio atau media Audio yang lain yang tidak ada visualnya
Untuk mengurangi menonton
televisi dapat dialihkan dengan kegiatan positif diantaranya, olahraga(renang,
goes, basket, sepakbola),Outbond, Permainan tradisional ( dakon , gobaksodor ,
petak umpet), kunjungan ke musium, Rekreasi dan kegiatan positif yang lain.
Jika terpaksa harus nonton
televisi harus ada kontrak waktu untuk melihat tayangan televisi tentunya
dengan pendapingan dari orang tua.